Tautan

Senin, 14 Maret 2011

VIRUS.. SENJATA MEMATIKAN DI ERA DAMAI

Kemajuan jaman, kompleksitas hubungan antar negara, kemajuan teknologi merupakan hal yang sedang terjadi di dunia ini, bencana alam kemunculan wabah penyakit yang mematikan, perubahan iklim, telah memberi dampak yang cukup nyata dalam kehidupan bernegara, yang berimplikasi terhadap daya pembangunan negara negara yang terbelakang, hal ini masih di perparah dengan adanya ketidak adilan lembaga multilateral dalam hal penanganan virus flu burung, dimana negara penderita flu burung wajib memberikam virusnya kepada WHO namun negara tersebut tdak mempunyai akses untuk mengetahui bagaimana kelanjutan dari virus tersebut.
Ancaman kehidupan manusia semakin kompleks dengan adanya wabah wabah virus yang mematikan yang mungkin virus tersebut digunakan untuk meruntuhkan kemampuan suatu negara, kemajuan rekayasa genetik dalam merekayasa virus atau bakteri telah mencapai tingkatan yang membahayakan dimana sifat virus yang dihasilkan lebih ganas dan berbahaya, seperti kita ambil contoh virus anthrax yang kemampuanya sekarang lebih ganas di banding virus anthrax sebelumnya, tidak dapat kita bayangkan apabila suatu negara bisa lemah akibat menyebarnya virus virus ini, dan hal lain yaitu penggunaan virus ini dapat secara mudah disebarkan.
Dalam makalah ini saya akan mencoba menjelas kan dampak dari senjata ini, penyebab dipakainya senjata ini, dan juga kemungkinan adanya peperangan secara non konvensional, mungkin pandangan saya ini mengerikan tetapi inilah kenyataan yang sedang kita hadapi sekarang.



Latar belakang

Perang menggunakan senjata biologis (biological warfare) mulai muncul pada abad ke-20, dimana akaibat perang ini mempunyai banyak implikasi terhadap kelangsungan hidup manusia, senjata biologis merupakan senjata mematikan dengan perantara organisme penyebar penyakit yang di rekayasa atau secara natural sudah terdapat di sekitar lingkungan kita, yang menimbulkan dampak mematikan pada manusia yang terkena wabah akibat senjata biologis tersebut, biasanya oraganisme yang dipakai sebagai media penyebaran penyakit tersebut ialah virus, bakteria. Hal yang paling mencemaskan dari hal ini ialah daya penyebaran wabah akibat dari adanya pemakaian senjata biologi tersebut terjadi sangat cepat dan tanpa kita sadari sebelumnya.
Dampak dari senjata biologi
Hal yang merugikan bagi suatu negara apabila terkena senjata ini ialah :
1. kematian secara massal
2. kehancuran struktur sosial
3. kepanikan sosial
4. kemunduran ekonomi
selain diatas kemungkinan lain yang terjadi akan sangat besar apabila wabah yang terjadi menyebar dari negara tersebut, yang mungkin akan menyebabkan kepunahan peradaban manusia.
Faktor faktor penyebaran virus
Beberapa negara sebenarnya sudah mencermati hal ini dan berusaha untuk mengontrol dan mencegah pengembangan senjata ini kearah yang mematikan bagi peradaban manusia seluruhnya, hal yang perlu di cegah ialah agar senjata ini ataupun teknologi yang bisa dipakai untuk mengembangkan senjata ini tidak jatuh ketangan yang salah seperti terorisme ataupun negara yang di pimpin oleh rezim diktator yang senang akan peperangan. Untuk itu di bentuklah sebuah badan badan multilatetral untuk mengatur hal ini, pengaturan ini sangat dibutuhkan, dikarenakan setiap faktor faktor untuk terjadinya suatu wabah yang mengerikan ini sudah sangat mudah untuk terjadi seperti :
1. kemajuan transportasi (mobilitas barang dan orang sudah sangat pesat)
2. kemajuan teknologi
3. sistem budaya materialis
4. perubahan iklim
pengertian senjata biologis
senjata biologis merupakan alat yang dapat membuat kerugian pada manusia yang terbuat dari organisme kecil makluk hidup, berikut pembagian senjata biologi:
Biological and toxin weapons subdivided in several ways
1. the type of agent that causes disease, such as bacteria, viruses, or toxin
2. the types of effects, such as a diseasethat can be transmittedbetween humans(contagious) or only affects those directly exposed to the biological agent.
3. to look the symptomps for example some diseases might normally lead to death while others might incapacitate their victims or lead to changes in behaviour.
Penyebab terjadinya virus ini di bagi menjadi dua:
1. terjadi secara natural: hal ini di karenakan adanya penyesuaian organisme biologis terhadap perubahan perubahan yang ada oleh organisme tersebut, dengan kata lain organisme ini bermutasi untuk menjaga kelangsungan hidupnya dengan cara beradaptasi terhada perubahan lingkungan yang terjadi, perubahan ini terjadi karena faktor perubahan cuaca atau bahan kimia.
2. rekayasa genetik: hal ini disebabkan oleh kesengajaan manusia dengan cara melakukan riset dan perubahan genetik terhadap organisme tersebut agar keinginan yang dituju dapat tercapai, seperti merekayasa virus anthrax agar dapat lebih tahan lama dan mematikan.

Upaya dalam pencegahan penyebaran senjata biologis
Bahaya dari senjata biologi ini tak kalah mematikan dengan senjata konvensional lainnya perbedaan yang ada hanya dampak secara infrastruktur saja, apabila senjata biologi di pakai tingkat kehancuran infrastruktur relatif lebih kecil di banding apabila senjata konvensional yang dipakai, dan juga hal lain ialah pemakaian senjata ini relatif lebih murah, oleh karena itulah mengapa senjata ini sangat ampuh untuk melumpuhkan suatu negara.
Pada tahun 1925 telah dilakukan pertemuan multilateral untuk membahas hal ini yang menghasilkan Protokol jenewa(geneve protocol), dan di aplikasikan pada tahun 1928.
Geneva Protocol
Protocol for prohibition of the use in war of asphyxiating gas, and of bacteriological methods of warfare
1. prohibits the use in war of asphyxiating, poisonous or other gases,and of all analogousliquids,materials or devices
2. prohibits the useof bacteriological methods of warfare
3. commits the parties to exert every effort to induce other states to accede
garis besar dalam protokol diatas ialah pelarangan penggunaan, penyebaran dan penyimpanan dari senjata biologi tersebut.
Konvensi selanjutnya yang diadakan pada tahun 1972 dan di aplikasikan pada tahun 1975, dalam konvensi ini berisikan kriteria kriteria tujuan mengenai aktivitas yang relevan dalam pengembangan virus dan bacteria (pengembangan virus hanya untuk kemaslahatan), demi mencapai perdamaian dan ketentraman dunia. Selain itu pula dihasilkan resolusi PBB no 1540 yang berisikan resolusi yang bersifat mengikat semua negara yang ada dalam PBB untuk menjalankannya, dan juga wajib mematuhi dan menjadikannya sebagai hukum nasional, yang melarang setiap aktor aktor non negara untuk membuat, memiliki, mengembangkan, mendistribusikan senjata senjata yang mempunyai daya hancur yang mematikan, membuat kontrol dalam mencegah penyebaran senjata ini.

Beberapa cara untuk mengkontrol yaitu:
1. memperkuat dan menjalankan setiap perjanjian internasional, termasuk ketransparanan
2. menumbuhkan keamanan masyarakat dalam hal ancaman kesehatan
3. mengontrol pentransferan barang mentah dan teknologi yang ada
4. menginformasikan kepada publik mengenai pengetahuan cara cara pencegahan apabila terjadi wabah tersebut
5. mengkonter terorisme agar ancaman yang ada berkurang melalui penguatan intelejen dan segala faktor faktor yang bersangkutan dengan hal ini.
Hambatan dalam penanganan senjata biologi
1. menjadi daya tawar (balance of terror) bagi suatu negara menghadapi ancaman
2. susahnya mendeteksi perusahaan perusahaan yang membuat virus virus ini, hal ini dikarenakan pembuatan senjata biologis ini sangat menguntungkan (motif ekonomi), sehingga mereka akan melakukan penelitian, dan menjualnya secara diam diam


Analisa kasus
Virus flu burung pertama kali muncul di benua eropa pada abad ke-20, kemampuan virus flu ini sangat berbeda dari kemampuan virus flu burung yang muncul di asia pada awal abad 21, virus asia lebih virulen (berbahaya) dan mempunyai keganasan yang sangat cepat, penularan virus ini berasal dari virus virus yang ada dalam unggas yang menyebar ke manusia (unggas- manusia) penyebaran virus ini sangat cepat pada tahun 2004 virus ini menyerang vietnam dan satu tahun kemudian virus ini sudah menjangkiti wilayah indonesia
Tantangan senjata biologi (virus flu burung ) dalam melemahkan suatu negara.
Dalam buku Saatnya dunia berubah karya menteri kesehatan siti fadillah supari, sangat jelas di terangkan selain ketidak adilan yang terjadi dalam pentransferan bahan mentah (virus) kepada WHO, juga di jelaskan mengenai kemungkinan adanya suatu konspirasi dalam pengembangan virus flu burung ini. hal tersebut dapat dilihat dari keterangan menteri siti fadilah mengenai suatu badan riset yang ada di LOS ALAMOS national laboratory di new mexico, dimana badan ini berada dibawah kementrian energi, amerika serikat dan dari laboratorium inilah diciptakan bom atom yang meluluh lantakan hirosima dan nagasaki di jepang. Di badan riset inilah virus flu burung strain indonesia di kabarkan berakhir.
Masih menurut beliau potensi yang mengarah pada hancurnya negara ini bisa di karenakan senjata biologi, di jelaskan bahwa apabila virus ini sudah bermutasi kembali dan mempunyai pola penyebaran dari manusia ke manusia maka negara ini akan menjadi negara yang terisolasi tidak ada yang boleh masuk atau keluar dari negara ini, setiap sendi sendi kehidupan rakyat akan hancur, dan negara ini mungkin akan terjerumus kedalam jurang resesi ekonomi yang paling parah sepanjang sejarahnya..
Tantangan keamanan dalam abad-21
Definisi keamanan secara etimologis berasal dari kata securus yang bermakna bebas dari bahaya,ancaman, rasa takut.
Ancaman keamanan pada abad ini sangat kompleks hal ini dikarenakan ladang peperangan sudah terbias dari tempatnya yang semula, perang tidak hanya dengan kontak fisik, namun juga terjadi dalam bidang lain seperti ekonomi, politik, dll.
Keamanan menurut Barry Buzan mencakup dalam wilayah:
1. politik
2. militer
3. lingkungan
4. ekonomi
5. sosial
dimana cakupan diatas mencakup semua kebutuhan manusia mengenai konsep rasa aman dari segala ancaman baik ancaman fisik melalui perang, kesehatan, hak hidup dll.
Perang di era damai
Dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan bahwa ancaman suatu negara semakin kompleks kehancuran suatu negara tidak selalu melalui peperangan fisik, hal lain juga bisa melalui ancaman senjata biologis seperti sudah diterangkan diatas bahwa peperangan di masa yang akan datang akan lebih membahayakan, dan lebih berbahaya. Melalui senjata biologis apabila penggunaannya tidak di kontrol secara benar maka kemungkinan suatu negara untuk menginvasi atau memainkan peranan dalam menghancurkan lawannya akan benar adanya, saya masih ingat definisi perang menurut cllausewitz “war is an act to compale our adversary to do our will”, dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa tujuan dari peperangan itu ialah untuk memaksa lawan untuk mengikuti keinginan kita, dan juga adanya definisi menurut waltz yang menerangkan bahwa sistem internasional sesungguhnya bersifat anarkis, dan juga manusia merupakan serigala bagi manusia lainnya. Sehingga konflik kepentingan yang ada dalam sistem transaksi dalam dunia internasional dapat saja berubah menjadi peningkatan rasa benci (hostilities) yang diaplikasikan dengan cara “menggembosi” kemampuan dari negara tersebut. apalagi subyek yang terkena ialah manusia yang merupakan faktor sentral dalam keberlangsungan suatu negara.
Akhir kata kita hanya bisa berharap terhadap kemajuan kemajuan dalam konvensi konvensi yang ada, dan penyebaran nilai nilai positip untuk menyikapi kelangsungan peradaban manusia dalam dunia ini. (roger valentino)










DAFTAR PUSTAKA
1. Perwita Anak Agung Banyu:Redefinisi konsep keamanan,Graha Ilmu,yogyakarta,2007
2. Hans, blix: Weapons of Terror,EO Grafiska,stockholm;2006
3. Supari, Siti Fadilah :Saatnya Dunia Berubah,

KONDISI EKONOMI-POLITIK JEPANG MULAI DARI MASA KUNO-PASCA PERANG DUNIA(1970)

Jepang sebagai salah satu penggerak perekonomian dunia mempunyai latar belakang yang menarik untuk di pelajari hal ini dikarenakan jepang dapat menjadi salah satu model bagi perkembangan perekonomian di asia, masyarakat jepang mempunyai karakteristik yang unik yaitu sejalan dengan perkembangan zaman nilai nilai kebudayaan jepang masih mampu mengimbangi gerak globalisasi yang sudah bergerak maju keseluruh pelosok dunia, seperti kata Thomas Friedman’s globalization isn’t a choice, it’s a reality.
Kemajuan perekonomian jepang tak lepas dari kondisi :
1. sistem budaya jepang yang hampir sama dengan etika protestan yang di miliki oleh bangsa barat.dan sanksi social yang ada dalam masyarakat jepang.
2. kemampuan sumberdaya manusia yang unggul.
3. political will yang tinggi dari para penguasanya.
Pada masa awal telah disinggung dalam makalah kami titik awal perkembangan jepang terletak pada saat terjadinya suatu restorasi meiji dimana disana terkandung nilai nilai strategis dalam perkembangan perekonomian jepang, dan saat kedua ialah pasca perang dunia kedua dimana perusahaan perusahaan besar jepang di perbolehkan untuk mengembangkan perekonomian jepang dalam rangka membantu amerika dalam menyuplai bantuan materil di perang korea. Jepang menggunakan
model pembangunan developmental state
Dimana peran Negara dalam pembuatan perencanaan ekonomi yang terkoordinir dan terencana, yang didasarkan pada dukungan yang luas baik dalam maupun luar negeri,serta perubahan secara structural dan institusional yang cepat dan meliputi seluruh masyarakat, model ini berkaitan antara keserasian peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mendorong perekonomian di dalam negri. Menurut
Drs irawan perkembangan perekonomian jepang merupakan pembangunan yang di dorong oleh pemerintah dimana pemerintah jepang memodernisir perekonomiannya, berhasilnya perkembangan ini juga karena factor psikologi dimana penduduk tetap disiplin dan taat pada pemerintah. Ekspor mula mula berupa produksi primer (sutera) kemudian ekspor industri barang barang konsumsi.
Selain itu pula terjadinya hubungan hubungan yang positif antara pemerintah dengan pegusaha hal ini dapat di lihat dari adanya lembaga yang bernama keidanren8 (federasi para pengusaha jepang) dan nikkeiren (federasi organisasi organisasi ekonomi), keidanren terdiri dari lebih 700 perusahaan, yang di organisasi untuk mewakili bisnis besar, dari pengertian lain keidanren juga bertindak sebagai kementrian luar negeri dari bisnis jepang dengan cara mensponsori pertemuan pertemuan dengan orang orang bisnis asing dan mengeluarkan ke luar negeri misi misi khusus yang terdiri dari para pemimpin bisnis untuk mencari pemecahan bagi masalah masalah perdagangan dengan Negara kunci. keidanren menggunakan cara khas jepang untuk menghimpun sokongan politik bagi dunia bisnis, hal ini dimulai pada tahun1955 ketika partai demokrasi liberal di bentuk, dimana keidanren mengubah bentuk systemnya untuk menugasi tiap sector sector industri untuk memberikan sumbangan politiknya, keidanren membagikan dana yang di kumpulkan dari masyarakat bisnis, dengan cara menyokong partai yang berkuasa melalui kelompok warga perantara (asosiasi nasional) dan juga memberikan dana ini kepada partai partai oposisi, dimana yang di harapkan oleh para pengusaha yaitu :
1. Negara ini mempertahankan ekonomi bisnis swasta dari pada ekonomi sosialis atau pun diktatoriat
2. meminta partai penguasa(LDP) untuk memilih pemimpin pemimpin yang dapat memelihara stabilitas, dan juga pertumbuhan ekonomi yang stabil
keidanren dalam hal produksi barang lebih mengutamakan industri industri dasar yang di perlukan demi pembangunan nasional.
Model pembangunan flying geese( angsa terbang)
model pembangunan ini menitik berat kan kepada pembangunan industri industri strategis yang memacu perkembangan industri industri lain, hal ini dapat di lihat dari pembangunan industri industri konstruksi, baja, apabila di analogikan pada perkembangan negara hal ini dapat dilihat dari kemajuan pembangunan di jepang yang berimbas pada kemajuan pembangunan perekonomian negara lain dalam kawasan asia timur.
Sepanjang tahun1980 keadaan di jepang di tandai oleh tingginya optimisme dengan pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat hal ini menyebabkan iklim berinvestasi di jepang sangat cerah, dan beberapa perubahan yang terdapat dalam pemerintahan jepang bermula dari terpilihnya seorang tokoh yang terpilih di luar dugaan banyak pihak dan akan merubah konsep pemerintahan di jepang yang tradisional,dialah Koizumi Junichiro, yang terkenal dengan reformasinya.
Konsep Reformasi koizumi
1. mengupayakan terbentuknya suatu perubahan dalam struktur (structural reform),dimana bukan hanya bidang ekonomi yang akan di rubah akan tetapi juga bidang politik, social, dan system administratif, dalam pandangannya ini koizumi menitik beratkan pada peningkatan efisiensi perusahaan perusahaan pemerintah dan cenderung melakukan privatisasi pada sector tersebuttyang dianggapnya menjadi penghalang dalam pembangunan perekonomian jepang.
2. revisi undang undang dasar jepang, undang undang yang dipakai jepang merupakan undang undang yang dibuat atas dasar persetujuan amerika, dimana sebagai pihak yang kalah perang jepang tidak mempunyai opsi lain selain menggunakan undang undang ini diantara undang undang yang akan diubah yaitu undang undang mengenai hal hal yang sangat vital dalam pemerintahan jepang , dan konstitusi ini dianggap tidak sesuai lagi dalam pemenuhan kebutuhan jepang dalam dunia global.
KESIMPULAN:

Jepang sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia mempunyai basis basis poin yang penting dalam menjadikan jepang seperti ini, sejarah, kebudayaan, spirit hidup dapat menjadikan jepang superior, diakui oleh Negara Negara di dunia.dan dari halinilah mungkin kita sebagai bangsa yang pernah sama seperti jepang mampu atau dapat mengambil nilai nilai tersebut, dan menyesuaikan dengan spirit hidup bangsa ini seperti yang dikatakan Alex Inkeles dan David H. Smith8 :
Kami beranggapan bahwa, bagaimanapun juga manusia bisa di ubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tak ada manusia yang tetap menjadi manusia tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam masyarakat tradisional.
Semangat jepang telah mengantarkan rakyat jepang kepada kemandirian ekonomi yang lebih mapan yang juga memberi motivasi kepada bangsa asia khususnya bangsa ini bangsa Indonesia

Defence Strategy (Clausewitz)

I. General Principles For Defense
1. To keep our troops covered as long as possible. Since we are always open to attack, except
when we ourselves are attacking, we must at every instant be on the defensive and thus should
place our forces as much under cover as possible.

2. Not to bring all our troops into combat immediately. With such action all wisdom in
conducting a battle disappears. It is only with troops left at our disposal that we can turn the tide
of battle.

3. To be little or not at all concerned about the extent of our front. This in itself is unimportant,
and an extension of the front limits the depth of our formation (that is, the number of units which
are lined up one behind the other). Troops which
are kept in the rear are always available. We can use them either to renew combat at the same
point, or to carry the fight to other neighboring points. This principle is a corollary of the
previous one.

4. The enemy, while attacking one section of the front, often seeks to outflank and envelop us at
the same time. The units which are kept in the background can meet this attempt and thus
make up for the support usually derived from ob- stacles in the terrain. They are better suited for
this than if they were standing in line and extending the front. For in this case the enemy could
easily outflank them. This principle again is a closer definition of the second.

5. If we have many troops to hold in reserve, only part of them should stand directly behind the
front. The rest we should put obliquely behind.
From this position they in turn can attack the flank of the enemy columns which are seeking to
envelop us.

6. A fundamental principle is never to remain completely passive, but to attack the enemy
frontally and from the flanks, even while he is attacking us. We should, therefore, defend
ourselves on a given front merely to induce the enemy to deploy his forces in an attack on this
front. Then we in turn attack with those of our troops which we have kept back. The art of
entrenchment, as Your Royal Highness expressed so excellently at one time, shall serve the
defender not to defend himself more securely behind a rampart, but to attack the enemy more
successfully. This idea should be applied to any passive defense. Such defense is nothing more
than a means by which to attack the enemy most advantageously, in a terrain chosen in advance,
where we have drawn up our troops and have arranged things to our advantage.

7. This attack from a defensive position can take place the moment the enemy actually attacks, or
while he is still on the march. I can also, at the moment the attack is about to be delivered,
withdraw my troops, luring the enemy into unknown territory and attacking him from all sides.
The formation in depth--i.e., the formation in which only two-thirds or half or still less of the
army is drawn-up in front and the rest directly or obliquely behind and hidden, if possible--is
very suitable for all these moves. This type of formation is, therefore, of immense importance.

8. If, for example, I had two divisions, I would prefer to keep one in the rear. If I had three, I
would keep at least one in the rear, and if four probably two. If I had five, I should hold at least
two in reserve and in many cases even three, etc.

9. At those points where we remain passive we must make use of the art of fortification. This
should be done with many independent works, completely closed and with very strong profiles.
10. In our plan of battle we must set this great aim: the attack on a large enemy column and its
complete destruction. If our aim is low, while that of the enemy is high, we will naturally get the
worst of it. We are penny-wise and pound-foolish.

11. Having set a high goal in our plan of defense (the annihilation of an enemy column, etc.), we
must pursue this goal with the greatest energy and with the last ounce of our strength. In most
cases the aggressor will pursue his own aim at some other point. While we fall upon his right
wing, for example, he will try to win decisive advantages with his left. Consequently, if we
should slacken before the enemy does, if we should pursue our aim with less energy than he
does, he will gain his advantage completely, while we shall only half gain ours. He will thus
achieve preponderance of power; the victory will be his, and we shall have to give up even our
partly gained advantages. If Your Royal Highness will read with attention the history of the
battles of Ratisbon and Wagram, all this will seem true and important.
In both these battles the Emperor Napoleon attacked with his right wing and tried to hold out
with his left. The Archduke Charles did exactly the same. But, while the former acted with great
determination and energy, the latter was wavering and always stopped half-way. That is why the
advantages which Charles gained with the victorious part of his army were without consequence,
while those which Napoleon gained at the opposite end were decisive.

12. Let me sum up once more the last two principles. Their combination gives us a maxim which
should take first place among all causes of victory in the modern art of war: "Pursue one great
decisive aim with force and determination."

13. If we follow this and fail, the danger will be even greater, it is true. But to increase caution at
the expense of the final goal is no military art. It is the wrong kind of caution, which, as I have
said already in my "General Principles," is contrary to the nature of war. For great aims we must
dare great things. When we are engaged in a daring enterprise, the right caution consists in not
neglecting out of laziness, indolence, or carelessness those measures which help us to gain our
aim. Such was the case of Napoleon, who never pursued great aims in a timid or half-hearted
way out of caution. If you remember, Most Gracious Master, the few defensive battles that have ever been won, you
will find that the best of them have been conducted in the spirit of the principles voiced here. For
it is the study of the history of war which has given us these principles.
At Minden, Duke Ferdinand suddenly appeared where the enemy did not expect him and took
the offensive, while at Tannhausen he defended himself passively behind earthworks. At
Rossbach, Frederick II threw himself against the enemy at an unexpected point and an
unexpected moment.
At Liegnitz, the Austrians found the King at night in a position very different from that in which
they had seen him the previous day. He fell with his whole army upon one enemy column and
defeated it before the others could start fighting.
At Hohenlinden, Moreau had five divisions in his front line and four directly behind and on his
flanks. He outflanked the enemy and fell upon his right wing before it could attack.
At Ratisbon, Marshal Davout defended himself passively, while Napoleon attacked the fifth and
sixth army-corps with his right wing and beat them completely.
Though the Austrians were the real defenders at Wagram, they did attack the emperor on the
second day with the greater part of their forces. Therefore Napoleon can also be considered a
defender. With his right wing he attacked, outflanked and defeated the Austrian left wing. At the
same time he paid little attention to his weak left wing (consisting of a single division), which
was resting on the Danube. Yet through strong reserves (i.e., formation in depth), he prevented
the victory of the Austrian right wing from having any influence on his own victory gained on
the Rossbach. He used these reserves to retake Aderklaa.
Not all the principles mentioned earlier are clearly contained in each of these battles, but all are
examples of active defense.
The mobility of the Prussian army under Frederick II was a means towards victory on which we
can no longer count, since the other armies are at least as mobile as we are. On the other hand,
outflanking was less common at that time and formation in depth, therefore, less imperative.